Kaji dan Beri Inspirasi Kembali Alat Media Organisasi Pemerintah Daerah Yang Menimbulkan Perception distorsi Dalam Komunikasi




Saya bertanya kepada beberapa rekan dosen dan ahli gerakan aspirasi publik yang baru – baru terjadi minggu lalu. Mengapa para kaum terpelajar yang tadinya adem ayem, tiba – tiba menunjukkan aspirasi publik mereka dalam menyuarakan berbagai issu dan permasalahan yang sedang berkembang saat ini. Jelas memang ada sebab yang melatarbelakanginya, jika persoalan politik yang sedang bergejolak saat ini, berkenaan dengan persoalan 2 kekuatan politik di demokrasi Pilpres, ada hal lain lagi yang menjadi sorotan penulis secara konsentrasi di keilmuwan penulis, hal inipun di dapat dari hasil diskusi dengan beberapa rekanan keilmuwan di komunikasi.

Dalam teori komunikasi politik memiliki dua pokok macam pengaruh yang sifatnya positif dan negatif. Pengaruh tersebut akan membawa reaksi yang cepat dari masyarakat untuk melakukan suatu aksi dan salah satu contoh efeknya adalah terjadinya "demonstrasi" atau kita kenal dengan unjuk rasa yang akan mengeluarkan pernyataan yang berisikan petisi. 


  • Peluang dan tantangan ke depan yang kita akan lihat semakin otentik menjadi tidak strategis

Mengisyaratkan di dalam tubuh organisasi pemerintah seperti media center, media berita sosialisasi, kampanye dan promosi aktivitas sebagai alat media corong pemerintah krang berfngsi di penerimaan publik, hal ini bisa jadi di karenakan media dan atau pelak organisasi ini terbilang dan tekategori "musuh dalam selimut" atau bisa jadi tidak tepat sasaran ke publik khalayak penerima. sehingga publik penerima pesan tidak terpengaruh dengan pesan "retorika" mpan balik yang semakin tidak strategis. JIka pengarh dari lar organisasi adalah momentum demokrasi, hal ini akan sedikit berpengaruh terhadap khalyak lokal daerah, jika alat media yang di gunakan pemerintah daerah Bengkulu berfungsi secara tepat dan justru jika di kelola dengan strategi yang baik akan membuat komunikasi politik yang menginspirasi bukan malah sebalinya. .

Indikator efek dari aksi yang dilakukan para demonstran seharusnya di arahkan pada counter komunikasi yang relevan dan terpilah dengan kehendak forum publik yang beraspirasi. Hal inilah menjadi tugas- tugas pelaku- pelaku organisasi yang menssuport pemerintah dari awal gerak dan arah yang di mengerti khalayak publik. Saya contohkan sederhana; program siaran televisi serial KICK ANDI yang menampilkan pahlawan – pahlawan sosial di masyarakat akan memberikan efek perubahan perilaku pahlawan – pahlawan gerakan sosial kemasyarakatan lainnya di daerah – daerah terpencil sekalipun. Begitu juga jika semakin banyaknya berita dan informasi yang tidak benar, tidak jelas dan bahkan justru memberikan efek yang berpengaruh negatif ke publik khalayak, maka justru akan terbentuklah sarana media komunikasi yang akan di ikuti pula pola gerakan komunikasi politik secara di sadari maupun tidak. Di sinilah seharusnya peran dan tugas dari pelaku –pelaku oraganisasi yang menjadi alat corong pemerintah untuk mengcaunter dengan menggunakan pengorganisiran dan strategi tahapan yang baik.


  • Efek HOAX Menyengsarakan

Efek dari komunikasi umpan balik yang penulis bilang komunikasi politik yang ‘menyengsarakan’ pemerintah inilah yang seharusnya dan justru di giring ke medan perang yang dapat pemerintah kelola secara baik dengan menggunakan keilmuwan komunikasi yang bijak dan pelaku serta penggiat komunikasi yang mumpuni (ahli). Bukan hanya sekedarnya saja memberikan dan menyiarkan informasi yang di laksanakan oleh pemimpin dan organisasi pemerintahan.

Seharusnya lebih dari pada itu, dalam dimensi komunikasi mulai dari rentetan tahapan komunikasi siar publik harus di kelola karena kita memerlukan publik edukasi komunikasi, publik persuasi komunikasi, publik entertainment komunikasi, sehingga baik kognitif, afektif maupun perilaku yang akan di timbulkan ke khalayak menjadi tak tersumbat atau bahkan tertutup, hanya terbuka pada informasi “HOAX” yang berkembang secara represif dan massif saja. Untuk itu perlu kiranya jajaran kepemimpinan daerah Bengkulu terkonsentrasi dalam mengkaji alat – alat organisasi komunikasi yang ada di lingkungannya, sehingga berdaya upaya bukan hanya memberikan informasi kegiatan saja, tanpa menerima (feedback) komentar dan masukan yang terpilah dengan bijak di arena lingkungan tempat berlakunya program dan aspirasi berada. Alih –alih alat komunikasi ini tidak mengenal adanya edukasi, motivasi, brand status, orientasi inspirasi yang positif, hero style yang mempengaruhi secara baik dan positif bagi keberlangsungan tata kelola organisasi lingkungan pemerintahan secara kondusif.



Note : 
Komunikasi Creative destruction lahir dalam berbagai bentuk pada masing-masing zaman, dan siap melibas siapa saja yang tak mengikuti gerak arah inovasi. 
Inti dari lahirnya istilah tersebut berdasarkan pada kenyataannya bahwa inovasi, sanggup menghancurkan produk yang ada sebelumnya.

INDRIA, M.Ikom (Dosen Komunikasi Univ. Dehasen)



Comments