KEPO BAPER TEROR ITU.??

Lagi - lagi kita di kepoin dengan serangan pemboman atau teror yang jelas ya, namanya aja teror sudah pasti dalam feeling dia berbentuk kekhawatiran, kecemasan, ancaman, ketakutan, keganasan dan kerasnya suatu pemahaman seseorang atau sekelompok orang.

Jika di tinjau dari implikasinya, memang apa bedanya jika ini di lakukan oleh seorang diri dengan sekelompok orang, bedanya pada tujuan akhir, terorganisir dan tidak saja. Implikasi yang di terima akan menjadi sama, hadir membawa ketakutan, seperti dalam film Batman yang di lakukan oleh sekelompok komite yang memiliki ideologi pemahaman konstitusi putaran hukum alamiah, bahwasanya perlu di lakukan 'pembersihan' umat manusia yang hanya di karenakan menjaga keseimbangan kehidupan, jika di delik lebih dalam, bisa lebih lagi dari kita akan menjangkau pola pikir 'ketuhanan' atau bahasa lain menjadi 'tangan tuhan' atas  hidup dan matinya dalam sirkulasi perputaran kehidupan dan kematian (keseimbangan) manusia. Mhon maaf saya akan berkata ini  adalah bagian dari subyektif pemikiran saya yang selalu mengedepankan normatif.

Hanya saja tujuan dan ketepatan sasaran saja yang masih memang perlu di selediki lebih jauh dan dalam, di karenakan terkadang ledakan - ledakan kecil adalah bagian dari mencapai tujuan besar yg sesungguhnya. Dengan kata lain, para kelompok teroris akan menciptakan gerakan - gerakan kecil yang terbilang cukup lumayan ampuh dan membuat ketakutan dan kecemasan yang lumayan menyakitkan bagi ruang lingkup publik, karena memang pada dasarnya seperti itulah yang mereka inginkan.

Saya bicara masalah impilkasi tujuan (goal) yang ingin di capai, sama saja kalo saya pikir seperti halnya demonstrasi kecil jalanan yang di lakukan, pada dasarnya yang dilakukan untuk mengekspresikan rasa, namun pada hal - hal tertentu sampai menciptakan kekacauan dan konflik di angkat pada pemberitaan publik.  Tak lain tujuan dari demo kecil biasanya agar terpublikasi secara masif, bukan pada gerakan yang masif. Nah, yang ingin saya bahas pada mediator titipan komunikasi yang menjalar bak menyerupai virus yang mengancam nyawa dan tatanan ruang publik yang ada.

Sekali lagi bedakan jika penyiaran di batasi dengan kecerdasan edukasi yg tidak mendatangkan rasa takut, kebencian, kemarahan, dendam, kekhawatiran bahkan berimpilkasi ke segi - segi dan aspek lain.

Kawan!!, Kita ternyata terjebak dalam penyakit psikologis yang luar biasa mengancam kepintaran dalam mendapati dan menghadapi suatu peristiwa persoalan di ruang publik.
Jika saya bilang tujuan akhir dari seorang Batman adlah menginginkan tegaknya hukum yang di promotori oleh suatu simbol kelelawar, begitupun tegaknya hukum, Batman memiliki tujuan akhir bahwa setiap orang yang ikut merasakan dan melihat peristiwa yang di lakukan adalah suatu nilai penengakkan hukum, begitupun nantinya selepas di kota Gotham akan tidak hadirnya seorang Batman, maka di dalam setiap masing - masing diri kita menjadi seorang Batman yang berusaha menegakkan hukum dan menumpas  ketidakadilan dalam setiap peristiwa kejahatan yang ada.
Begitupun yang tanpa kita sadari, para teroris ini telah menyampaikan suatu pesan yang luar biasa menakutkan jika kita ikut merasakan pada saat kita berada di posisi yang menjadi korban keganasan teror tersebut. Justru pesan ini jika kita blow up dan terus menerus kita kembangkan dan menjadi bak bola salju yang menggelinding semakin besar, bukankah rasa takut dan ancaman ini juga akan berkecamuk di diri kita masing - masing di ruang publik yang merasakannya.

Bijaklah kawan dalam membesarkan dan menyebarkan berita, membagikan video yang mengerikan hingga membuat statemen (pernyataan - pernyataan) yang terkadang kita terlalu pintar dalam jebakan ini.  Jangankan hal teror ini, saya sedikit bercerita, dan ini nyata terjadi di Bengkulu ini, seorang kawan membagikan  pada grub whats app dinyatakaj di sana bahwa ada anak yang di kabarkan telah hilang, kemudian tiba - tiba kawan saya di sebelah yang sedang menyetir mobil berhenti dan langsung menelfon istrinya untuk langsung menjemput 2 orang anaknya dari sekolah di karenakan mendengar berita kehilangan anak tersebut, rasa khawatir akan peristiwa itu terjadi pula di dirinya. Faktanya ternyata anak hilang itu telah di temukan kemaren, kawan yang menyebarkan berita tersebut di karenakan tidak  up to date mungkin, langsung membagikan berita tersebut. Tanpa mengetahui dan mencari tahu posisi keadaan peritiwa yang terjadi. Kemudian di keesokan harinya, ternyata ada juga yang membagikan di grub lainnya, dan syukur tidak ada respon tanggapan di grub tersebut.

Kejadian ini saya pikir, peristiwa yang bukan terbilang sembarangan, kajian dan ranah permasalahan itu bukan pada ruang kita. Justru seharusnya yang kita sudah pintar ini makin bijak dan rasional merespon, tanpa harus membagikan tanpa kita menggunakan alat kesadaran pemikiran implikasinya nanti akan seperti apa, jika rasa sedih dan berduka kita ikut berbelasungkawa pada persitiwa ya artinya akan berbeda bahasa statemen kita, yang kita bagikanpun akan menenangkan korban yang menderitanya, bukan malah sebaliknya menjadikan dan ikut menyajikan supaya semua ikut meraskan ancaman dan rasa takut kita pada orang - orang yang akan berperilaku aneh, padahal kita manusia ini memang di lahirkan dengan potensi dan keunikan masing - masing, kita akan khawatir dan takut jika ada orang yang berjenggot panjang, berpakaian terusan, berpeci, berjilbab, kita cemas dan menganggap suatu ancaman jika ada orang berjanggut dan bersorban membawa tas besar di punggung dan lainnya yang mencirikan dan telah kita rekam mirip dengan pelaku.

Mohon kiranya, ilmu saya memang tak banyak, pengetahuan saya memang tak tinggi, namun mari kita sama - sama menggunakan akal sehat, bijaksana, berusaha obyektif dan rasional dalam menilai dan membagikan peristiwa yang berlangsung, apalagi hal ini berkenaan dengan ruang publik yang memiliki daya tangkap beda - beda, memahami peristiwa juga beda - beda, dan ikut juga akan membagikan dengan cara beda pula. Namun jika tujuan dari semua itu adalah sama, bahwa kita ikut berempati dan berkabung dalam peristiwa suatu teror tersebut, maka coba tinjau kembali apa yang telah kita nyatakan dan bagikan di media ruang publik kita.

Salam literasi, cerdas yuk dalam menggunakan kebebasan media - media sosial.

INDRIA. M.Ikom
(Dosen Univ. Dehasen & Tim Balab Activ)

Comments